A LAST NIGHT WITH YOU
Tak kusangka liburan kali ini akan sangat
melelahkan. Seminggu melakukan pendakian di gunung kelabat memang sangat
melelahkan.Sebenarnya aku juga tidak mau menghabiskan acara liburanku dengan
melakukan pendakian macam ini.Tapi ini semua adalah kemauan orang tuaku, dan
aku sebagai anak yang memiliki sifat yang sangat hormat kepada orang tuaku, mau
tidak mau aku harus ikut bersama dengan mereka. Padahal sebelumnya, dari jauh
hari sebelum liburan, aku sudah menjadwalkan kegiatanku selama liburan.Tapi
semuanya sia-sia, aku harus membatalkan semua acara liburanku saat itu dan
mengikuti orang tuaku dalam pendakian mereka.
Singkat cerita, aku
dan kedua orang tuaku sudah pulang dari acara liburan kami di gunung, alias
pendakian kami. Dan karena jarak antara gunung kelabat dan rumah ku yang agak
jauh, dan juga ditambah dengan macetnya jalan raya, aku dan keluargaku sampai
di rumah pada pukul tujuh malam. Padahal kami berangkat dari pukul delapan
pagi.
Sesampainya dirumah,
aku langsung bergegas ke kamar mandi, yang berada di kamarku. Maklum kamar
tidurku sudah dilengkapi dengan kamar mandi pribadi, jadi tidak usah repot jika
mau mandi atau yang lainnya, yang memerlukan ruangan tersebut.
Aku membuat penuh
bathub dengan air yang hangat.Tak butuh waktu lama, aku segera masuk ke dalam
bathub setelah sebelumnya membuka seluruh pakaianku.
“Ahhh, sungguh
nikmat.”Ucapku ketika merasakan betapa nikamatnya mandi dengan air hangat
setelah seminggu di pendakian. Aku hanya memerlukan sepuluh menit di dalam bathub
untuk menyegarkan pikiranku. Setelah aku keluar dari dalam baathub, aku segera
ke kamar dan mengenakan pakaian yang sebelumnya telah kusiapkan.
Mataku sudah
benar-benar tidak bisa diajak kompromi. Sekarang aku sudah benar-benar
mengantuk, ini pasti karena aku kecape’an setelah pendakaian. Aku segera
membariangkan tubuhku di atas kasur dan tak butuh waktu lama segera memasuki
alam mimpiku.
.
.
.
.
DZZZT....
DZZZT....
Suara dan getaran
yang ditimbulkan handphone menggetkanku. Padahal aku baru tidur selama lima
belas menit.
“Ck, siapa sih yang
ganggu!? Gak tau apa kalau gue udah capek banget!?” gerutuku dalam hati pada
orang yang menelponku. Paahal jika dipikirkan secara logika orang itu tidak
mungkin tahu kan kalau aku sedang kelelahan, apalagi yang ku lihat adalah nomor
baru.
“Hal….”
“HALLOOO SAYANG” Belum sempat aku meneruskan
sapaanku, orang yang menelponku sudah mendahului dengan mengeluarkan yang tidak
bisa dibilang pelan. Reflex aku harus menjauhkan handphone dari telinga.
“Hwaaa!! Siapa sih lo!?Ganggu orang aja!!!”Aku berteriak
karena saking kesalnya dengan orang itu.
“Ah, sayang, ini aku masa kamu gak kenal dengan
suaraku?hahaha” Orang ituterus saja memanggilku dengan sebutan sayang.
Lama-kalemaan aku mulai bisa mengenali siapa itu.
“Kau? Nico?”Tanyaku.
“Ahahaha, akhirnya kamu mengenaliku juga,
sayang Riny” Ah, ternyata dugganku memang benar, dia adalah Nico.
“Gak usah pakai sayang kali.”Ucapku berusaha
dibuat dengan suara memelas.Tetapi yang sebenarnya, aku sangat senang dia
memangggilku dengan sebutan sayang. Karena sebenarnya aku suka padanya. Tetapi
aku sangat malu mengatakannya. Aku malu mengatakan apa yang aku rasakan pada
Nico. Karena aku berpikir aku tak layak dengannya .Ya, dia adalah orang terpenting
di sekolah, sedangkan aku? Aku hanyalah murid biasa yang selalu melihatnya dari
kejauhan, bahkan aku tak berani mendekatinya walaupun hanya semeter saja. Tatapi
entah kenapa, sekarang dengan telingaku sendiri, aku mendengar dia memanggilku
sayang. Dia memanggilku dengan sebutan sayang. Padahal sebelumnya dia seperti
tidak pernah memperhatikanku, tidak pernah melirikku. Bahkan pernah aku dan dia
berpapasan, tetapi melirikkupun tidak, atau bahkan tersenyum saja. Dia tidak
pernah melakukannya.
“Riny? Sayang kau tidak apa-apa kan?”Suara NIco
menyadarkanku dari lamunanku tentangnya.
“Nic, kamu kenapa sih?” Tanyaku penasaran
karena perubahan nico
“Aku gak apa-apa sayang. Eh malam ini aku akan
ke rumah kamu. Kita akan jalan-jalan. Bye sayang sampai ketemu disana yah! Oh iya jangan lupa
pakai pakaian yang indah yah!”
“Tapi nic.. haloo nic, nic, nico!!” Teleponya
terputus.
“Uh, padahal aku sangat kelelahan.”Aku berdecak
kesal karena memang saat ini aku benar-benar kelelahan. Tetapi yang sebenarnya
hatiku sangat senang diajak jalan-jalan oleh orang yang selama ini aku sukai. Memang
benar kata orang, fisik dan hati kadang memiliki jalan yang berbeda.
“hmn. +6290909090909..nomor aneh” Aku melirik
nomor yang dipaki Nico untuk menelponku.
Tanpa pikir panjang lagi, aku segera mencari
pakaianku yang paling indah menurutku
“Semoga ini juga indah di pandangan Nico”
Ucapku sambil melihat tubuhku yang berbalut kaos putih yang dilindugi
jacket blazer berwanna putih di depan
cermin yang ada di lemari bajuku, aku juga saat ini menggunakan jeans yang
berwarna putih dan tak ketinggalan jepitan rambut bermotif bunga aster putih
menghias kepalaku. Entah kenapa malam ini aku ingin sekali menggunakan pakaian
putih.
Dua puluh menit kemudian aku mendengar bunyi
bel rumahku. Segera aku turun dari kamarku yang terletak di lantai dua dan
membuka pintu.
“Riny sayang!!!”Ucap Nico sambil memelukku.
Yah, yang datang adalah Nico, orang yang selama ini terasa sangat sulit untuk
aku gapai, kini dia berada di dekatku dan……. Memelukku.
“Nico, kamu kenapa sih?”Ucapku aneh ketika
merasakkan pelukan Nico yang mengancang seperti seorang yang tak mau
kehilangan.
“Gak, aku gak apa-apa. Ayo!” Ucap Nico kemudian
mengandengku menuju sebuah mobil yang terparkir di depan rumahku.
Sungguh malam yang sangat indah buatku, Nico
mengajakku ke tempat-tempat yang aku sukai. Dia mengajakku makan di sebuah
restoran kesukaanku, mengajakku menonton sebuah film yang dari dulu aku selalu
memimpikan untuk menontonnya bersama pasanganku,. Dan kini aku menontonnya
bersama Nico, bersama dengan orang yang sangat aku kagumi, bersama dengan orang
yang sangat aku sukai, bersama dengan orang yang selalu menjadi penghias taman
mimpiku. Dia juga mengajak aku ke tempat-tempat yang lainnya seperti taman
bermain, pasar malam, dan yang lainnya. Dia juga membelikanku boneka beruang
berwarna putih, yang anehnya hanya ada satu di took boneka itu. Selain itu, dia
juga memberiku kalung hati yang sangat indah. Dia terus mengajakku berjalan-jalan
menuju tempat yang selalu aku impikan untuk aku kunjungi dengannya. Dan di
sepanjang perjalanan dia selalu menggandeng tanganku. Seperti tak mau lepas
dariku. Dan kemudian dia mengajakku ke sebuah bukit, yang dapat melihat
keindahan kota ini.
Aku dan dia kini berbaring berdampingan
memandang kearah langit yang pada malam ini sungguh indah karena dihiasi dengan
bintang yang begitu banyak. Nico mendekap tubuhku padanya dan memelukku erat,
membuatku sangat nyaman.
“Rin.”
“Yah Nic?”
“Aku sangat senang malam ini. Aku sangat senang
karena aku sekarang bisa bersama-sama dengan kamu.”
“Aku juga Nic. Malam ini adalah malam terindah
di dalam hidupku.” Aku mengencangkan pelukanku pada Nico
“Rin.”
“Yah Nic?” Aku menatapnya sehingga membuat
wajahku dan wajahnya sangat dekat.
“Aku… Sebenarnya aku sangat mencintaimu. Sudah
lama aku mengagumimu tetapi aku sangat takut untuk mengatakannya.”
DEG!!
Jantungku serasa
berhenti berdetak ketika mendengar perkataan dari Nico.
“Nic? Apa kau tidak
salah?”
“Tidak Rin! Aku
benar-benar mencintaimu”
“Nic kamu tidak
bercanda kan?”
“Tidak Rin, aku
sedang tidak bercanda. Aku mencintaimu Riny” Ucap Nico dengan mata yang begitu
sayu.
“Aku juga
mencintaimu Nico. Aku sangat mencintaimu” Ucapku yang mulai mengeluarkan air
mata bahagia, karena orang yang selama ini aku cintai diam-diam juga memiliki
perasaan yang sama denganku.
“Aku tak mau
kehilanganmu Rin!”Nico membelai pipiku dengan tangannya yang sangat lembut,
dari tatapannya dia separti merasakan takut.
“Aku mohon jagalah
dirimu Rin.” Ucap Nico, air matanya mulai jatuh.
“Nic, kau kenapa?
Memangnya kau ingin kemana?”Aku mulai khawatir melihat Nico yang terus saja
menangis sambil mengucapkan hal-hal aneh seolah dia ingin pergi dariku.
“Mungkin aku adalah
lelaki terbodoh di dunia ini, aku tak akan pernah mampu menjagamu lagi,
seandainya waktu dapat di putar, aku ingin mengulangnya dari awal. Bersamamu.”Nico
terus saja menangis sambil membelai pipiku dengan sangat lembut.
“Hiks..Nic..”Aku
berucap lirih mendengar kata-katanya.
“Apapun yang
terjadi. Kumohon jagalah dirimu Rin! Dan…. Apapun yang terjadi, berjanjilah
untuk terus tersenyum! Karena aku tidak suka melihatmu menagis.”Nico terus saja
mengatakan hal-hal yang membuat hatiku bertambah khawatir.
“Berjanjilah Padaku
Rin, bahwa kau akan terus tersenyum!” Ucap Nco sambil mengusap air mataku yang
sudah semakin deras.
“Nic. Kumohon
jangan tingalkan aku!.... hiks, hiks” Aku memeluknya dengan sangat erat. Sugguh
aku tak ingin kehilangan Nico. Aku tak ingin kehilangannya
“Berjanjilah
Rin!..” Ucap Nico membalas pelukannku.
“Hiks.. Aku.. Hiks…
Aku janji padamu..Aku janji untuk tidak menagis. Aku janji untuk terus menjaga
diriku..Hiks. Tapi..hiks…. Nico, kumohon… hiks jangan tinggalkan aku! Nico…
hiks… hiks ” Tangisanku pecah, aku benar-banar tak dapat membendung air mataku.
Aku takut kehilangan Nico. Nico mengangkat wajahku, dia kemudian mengusap
mataku. Kulihat wajahnya lebih damai dari yang sebelumnya.
“Aku… mencintaimu…
rin” Ucap nico dan kemudian kurasakan sentuhan lembut di bibirku. Sungguh
ciuman yang sangat tulus tanpa ada nafsu sama sekali. Nico mencium bibirku
dengan perasaan seolah-olah ini adalah ciuman terakhirnya. Sambil memeluku
dengan sangat erat Nico dan aku terus berpautan. Nico melepaskan ciumannya dari
bibirku. Tatapannya sangat sayu. Sementara aku masih saja terus mengucurkan air
mataku.
“Aku juga
mencintaimu Nic, aku sangat mencintaimu.”Aku memeluknya. Dan tanpa sadar aku
tertidur di pelukan Nico.
“Hmn….” Aku
terbangun, dan kulihat bukan lagi bukit tempat aku dan Nico berbaring. Aku kini
berada di kamarku, mungkin Nico yang mengantarkanku. Aku mengambil handphone
yang berada di samping bantalku dan melihat banyak sekali panggilan dan sms
yang masuk. Ketika hendak ingin mebukanya, handphone ku tiba-tiba mati.
“Uh, bateraynya
habis. Ah sudahlah..” Aku kemudian bergegas mandi karena kulirik jam sudah
menunjukkan pukul enam pagi.
Hari ini aku
benar-benar sangat senang. Rasanya aku ingin berteriak karena saking senangnya.
Kalian tahu kenapa?Yah, karena semalam. Karena hal-hal yang aku jalani dengan
Nico semalam. Aku sudah tidak sabar ingin melihatnya di sekolah. Aku sudah
tidak sabar melihat senyumannya. Pokoknya aku sangat senang hari ini.
Sesampainya aku di
sekolah, aku melihat teman-temanku di ruang kelas. Tapi tampaknya mereka sedang
menagis. Tunggu! Menagis?
“Teman-teman?
Kalian kenapa?”Ku hampiri mereka.
“Hiks… Rin… hiks
Riny…. Kau yang tabah yah Rin…. Hiks…. A.. aku tahu ini pasti berat bagimu….
hiks” Cindy, sahabat baikku langsung memelukku. Apa yang terjadi? Kenapa dia
begitu sedih?Kenapa?
“Ri..ii..iinn, hiks
kmu yang tabah yah.. hiks…hiks” Cindy dan yang lainya terus saja menagis
tersedu-sedu. Aku juga tak bisa menahan air mataku, entah kenapa air mataku
turun secara tiba-tiba.
“Hiks.. Cin… Cindy…
apa yang terjadi? Kenapa kalian begitu sedih?”
“Rin…. Nico… hiks…
Nico… dia” Cindy mengucapkannama Nico. Dan pada saat itu juga mataku sungguh
sangat panas, air mataku mengalir begitu kencang. Kenapa?Apa yang terjadi pada
Nico? Kenapa dadaku serasa sesak?Kenapa?
“Kenapa Cin!! Hiks…
katakan apa yang terjadi dengan Nico!!!
Hiks.Hiks.Hiks.”
“Nico… hiks Nico…
dia… me.. hiks hiks… dia meninggaaalll… Hiks Nico meniggal Rin..hiks”Badanku
tiba-tiba lemas. Aku terduduk di kursi yang berada di samping Cindy. Kali ini mataku
benar-benar terasa sangat panas. Tangisanku pecah…. Ini tidak mungkin
“TIDAAK…
HIKS..HIKS… CINDY KATAKAN KALAU INI SEMUA BOHONG!!! HIKS..HIKS.. KATAKAN KALAU
INI BOHONG!!! HIKS… HIKS, NICO. HIKS, SEMALAM AKU DAN DIA BERKENCAN… KATAKAN
KALAU KAU SEDANG BERCANDA!!! HIKS” Aku mengguncang tubuh Cindy sambil terus
menangis. Ini tak mungkin... kulihat ke arah Cindy. Dia menggeleng dan
tertunduk. Ini pasti bohong.. Nico
“Itu tak mungkin
Rin.. hiks… tak mungkin.. hiks… dia meninggal seminggu yang lalu… dia
kecelakaan ketika mencoba menyusulmu ke gunung… hiks, hiks, hiks… mana mungkin
kau dan dia berkencan semalam… hiks hiks.” Cindy memelukku yang saat ini terus
menangis
“Nic… hiks hiks…
Nico… Nico hiks.”
Ini tak mngkin
padahal… padahal Nico baru saja mengatakan perasaanya semalam… padahal aku baru
saja berada di dekatnya… padahal aku…. Hiks…. Aku………..
Kini aku berada di depan kuburan Nico… aku tak akan menyangka kalau
seandainya itu adalah malam terakhirku bersamanya… Tetapi aku tidak meneteskan
air mataku… karena aku sudah berjanji. Aku berjanji pada
nico bahwa ketika tiba hari ini, hari di mana nico sudah pergi. Aku tidak akan
menangis.
Nico, ku harap kau akan baik-baik saja di sana. Terima kasih atas
segalanya. Aku…… aku mencintaimu…. Nico……. And thanks for that night…….
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Normal POV
“Hmn… apa yang kau pikirkan?” Ucap sosok yang mengenakan jubah hitam,
dan di punggungnya terlihat sepasang sayap yang berwarna sama juga. Malaikat
“Tidak ada” Ucap sosok pemuda yang ditanyai oleh sang malaikat.
“Kalau begitu kita harus cepat. Kita telah kehilangan banyak waktu karena
permintaan terakhirmu itu.” Ucap sang malaikat
“Yah….”
“Nico, apa kau menyesal dengan permintaanmu?”
“Tidak… tidak sama sekali…. Aku malah ingin berterima kasih kepadamu…
karena telah mengijinkanku menemui Riny, sehari setelah aku meninggal” Ucap
Nico dengan senyuman yang sangat tulus.
“Hmn.. yah, sama-sama Nico… Tetapi kita harus segera pergi.”
“Baiklah.” Kemudian Malaikat itu memegang pundak Nico. Dan detik
berikutnya mereka terangkat ke langit. Meninggalkan tempat mereka tadi… tempat
dimana ada seorang Gadis perempuan yang sedang tersenyum sambil melelehkan air
mata di depan sebuah batu nisan yang bertuliskan NICOLAS STEWARD.
“Selamat tinggal RINY… Aku akan sangat merindukanmu… Aku akan terus
mencintaimu RIN…..” Itulah kalimat terakhir dari mulut Nico sebelum dia
benar-benar menghilang di langit dengan cahaya yang sangat
menyilaukan……………………………………………………..
END
Rionyx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar